Selasa, 22 Desember 2015

The Mistake

Aku duduk di bangku yang terletak di pinggir lapangan, mataku menatap seorang lelaki yang sedang bermain basket dengan temannya di tengah lapangan.

Aku mengembuskan nafas dan menggeleng, "Nggak, gue nggak boleh suka sama dia. Ya, nggak boleh."

Aku beranjak dari tempat, berjalan menuju taman yang berada di belakang sekolahku. Pikiranku melayang-layang memikirkan kejadian beberapa hari lalu, aku bertengkar hebat dengan sahabatku yang juga menyukai dia.

"Persahabatan yang dijalani selama tiga tahun bisa hancur hanya dalam sekejap, hanya karena menyukai seseorang yang sama." gumamku sembari menatap rumput-rumput yang bergoyang karena semilir angin.

Hanya orang-orang bodoh yang memperebutkan hati seseorang, padahal kita tak tahu apa dia menyukai di antara kita berdua atau tidak. Bisa saja hatinya sudah dimiliki orang lain, dan orang itu bukan kita. Ya, kita—aku dan temenku—termasuk orang bodoh itu.

Selasa, 26 Mei 2015

Move On (II)









"Okey, buat teman-temen punya pengalaman tersendiri nggak tentang gimana, sih, susahnya move on dan sebagainya. Ada nggak cerita yang mau temen-temen bagi ke Oka dan Satria." Galih kembali mengambil alih acara.

"Jadi, kan waktu itu..." salah satu penonton mengajukan dirinya.

"Siapa namanya?" tanya Oka

"O, iya. Nama saya fifit."

"Tit ha?"

"Fifit."

"Ha? maaf maaf?"

"Fifit."

"Fifit? Oh. Tanggal lahir kamu berapa?"

"14 febuari."

"Moto hidup kamu apa? Apa yang telah kamu perbuat untuk negara ini?" Satria ikut bertanya.

"Kok, jadi serem banget ya, hehehe." Perempuan tersebut tertawa.

"Ya, jadi kan dulu pas Smk gue satu geng sama temen-temen gue, jadinya tuh..."

"Oh, kirain Stm." Celetuk Oka.

"Jadi tuh saya punya satu geng anak cowok semua, saya cewek sendiri di situ, jadi..."

Tiba-tiba Oka menarik tangan Satria, merubah posisi mereka menjadi saling membelakangi dan berpose ala-ala model cowok.

"Fotonya yang keren ya, ceritanya apa? Duo pedang ya?" tanya Satria kepada Oka.

Hahahaha kelakuan mereka astaga. Kasian gue sebenernya sama yang nanya, asal lagi ngomong dipotong mulu hahaha.

Di sini gue lupa Fifit nanya apalagi ke Mereka berdua (Satria & Oka), jadi gue skip langsung ke jawaban mereka aja.

"Fifit ini tipe orang yang kalo nanya pendapat sama orang lain, dia itu udah punya jawabannya. Cuma jika orang lain mau kasih tau apapun ke dia, dia iya-iya aja. Ketika dia mengambil keputusan itu dia akan tetap mengambil keputusan yang ia dapat. Terus Fifit itu cenderung sering menyia-nyiakan orang-orang terbaik, kenapa? Karna Fifit itu tipe orang yang terlalu santai pengennya mengalir aja, pengennya tuh tau-tau jadian aja sampe-sampe ada yang pernah orang baik nembak dia, dia di sia-siakan itulah kenapa Fifit ini rada-rada susah move on-nya." Oka menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh penonton.

"Ah, nggak kayak gitu,"

"Nggak? Yaudah. Terus soal kasus yang tadi ya wajarlah namanya juga temen setongkrongan, gitu, soalnya agak kaku. Itu cowok semua?"

"Iya."

Dan kalau nggak salah, inti pertanyaan si Fifit adalah dia punya geng yang dia adalah cewek sendiri. Terus, ada dua orang temennya yang suka gitu sama dia, dia pacaran sama salah satu diantara mereka. Ketika mereka putus, semuanya pada ngejauh.

"Ya, itu mungkin suatu bentuk solidaritas aja kali ya, mereka untuk menjauh sama kamu karena risih aja, gitu,"

"Nggak, risih sih sebenernya cuma nggak enak aja sama dua-duanya."

"Nah, itu kan daripada kompor daripada apa-apa ya, saran dari gue adalah ya terima aja. Hidup mah ada yang dateng, ada yang pergi, kita bisa dapat juga bisa kehilangan. Yang paling penting kalo lo salah, lo minta maaf yaudah gitu aja."

"Tapi kita kadang kumpul bareng di ciyee-ciye."

"Nah itu kan berarti males jadi bahan omongan, kan, jadi kita bisa seperti itu lagi. Beda. Jadi ya terima aja ke sananya, kalau misalnya ada opennya ya kalo emang kembali ya bener kembali,"

"Oh, ngarep balik? Nah! Itu yang gue maksud sering menyia-nyiain yang baik. Tadi lo bilang nggak, sekarang iya." lanjut Oka.

"Satria mau menjawab?"

"....Ehm, jadi lo ini ya, punya se-geng..."

"Pantesan Satria diputusin, cewek ngomong dipotong. Cewek ngomong apa, nggak di simak." tukas Oka.

"Itu kenapa pas putus disukurin," Galih iku menimpali.

"Nggak, gue tadi fokus sama yang megang kamera ya, Karna gue mau ganti avatar." Satria membela diri. Bahahaha.

"Jadi, lo apa? Pacaran satu geng dan akhirnya pisah? Iya? Sukur...." Satria mengucapkan dengan gamblang. Semua menertawakannya.

"Sejahat ini dia sama perempuan, makanya di selingkuhin, ya, nggak ka?" Galih meledek Satria.

"Nggak. Emang tuh biasanya kalo apa, ketika lo pacaran sama setongkrongan ya itu pasti risikonya, di mana-mana pasti itu. Kecuali, lo bisa cool. Misalnya lo ketemu, dia nyapa hai, biasa, aja. Lo diem lo siapa? Itu bisa aja

"Tapi, biasanya emang yang satu circle sama mantan, karna satu lagi, gue pernah kayak gitu, eh gue curhat sekalian maap ya, sekalinya putus ya pasti awkward dan itu nggak bisa dihindari. Mungkin itu, Pak." Satria berbalik badan, kembali duduk di tempatnya.

Galih mengucapkan terimakasih kepada Oka dan Satria, ia memberikan hadiah untuk perempuan yang tadi bertanya.

"Menurut lo berdua, cara buat Move On gimana, sih?" MC bertanya kepada Oka dan Satria.

"Cara Move on. Nggak. Ini sebenernya beban moral ya, jawab move on gimana cepet, karena gue sendiri sampai sekarang belum punya pacar, gitu ya. Ibarat kata lo jomblo, lo kasih temen pacar, lo ngejodohin orang. Kayaknya aneh gitu ya, lo jomblo tapi lo nyomblangin orang. Kenapa, nggak nyomblangin diri sendiri gitu, ya

"Tapi, menurut gue cara move on tercepat itu... pertama, lo perbanyak pergaulan. Karena kita nggak bisa move on bukan karna emang sayang-sayang banget, tapi karena nggak ada lagi aja yang lebih bagus dari dia. Misalnya, lo pacaran sama kiwil. Kalo lo stuck di kiwil, di lingkungan kiwil pasti bakal ke ingetan terus sama kiwil. Coba lo gabung di circlenya Adam Lavigne dan dia mau sama lo, lo nggak bisa move on emang? Pasti bisa

"Jadi, tuh, buat masalah circle aja. Sama kalo emang lo orangnya susah banget buat move on, jadi selama masa idah, 3 bulan pertama setelah putus lo mendingan sibukin diri sendiri. Karena, lo di sini bukan sama mantan, lo di dunia ini bukan sama mantan, bukan cuma sama mantan doang. Masih ada temen-temen, lo masih bisa main. Kalo gue, sih, ya abis putus main ke rumah Oka, nginep main Ps semaleman, itu cara gue. Paling kalo misalnya emang lo bener-bener pengin bikin mantan kesel, kalo mantan kesel bawaannya pasti lo seneng kan? Pasti kan? Ayo ngaku-ngaku...." Satria menunjuk-nunjuk penonton.

"Lo berkarya kayak misalnya gue, bikin buku gitu, ya, Ciyeeeee.... Ciyee dulu ciye dulu,"

Semua bersorak Ciyee dan...

"Oke, Cukup." Hahaha.

"Jadi, ketika buku udah jadi pasti dia kesel, andai gue sama dia ya, Coba gue sama dia ya, Cielah, gitu aja mungkin cara move on yang cepet. Jadi, lo jangan di circle itu-itu doang coba perluas pergaulan dulu." Satria menengok ke arah MC. "Eh, sebentar, deh. Lo nyadar nggak sih? Mcnya ini siapa? Ini Bisma Smash. Lo perhatiin deh, cuma agak iteman ya, Bisma ke pantai ketiduran? Lagi berjemur ketiduran. Lo perhatiin mirip banget kan."

Semua tertawa begitupun dengan MCnya. Cieeee Bisma. Hahaha.

"Apaan, sih, Bisma Smash yang mirip saya." canda Galih sembari tertawa.

"Oke, Oka. Cara buat Move on gimana, sih, Ka?"

"Gue paling males sih sebenernya ngomongin mantan-mantan kayak gini, nih. Karena seharusnya tuh mantan itu ya... Bukan cuma untuk di omongin, untuk dijadikan pelajaran aja. Ngomong-ngomong udah ada yang baca buku gue belum?"

Udah bang udah.

"Udah? Termasuk bapak-bapak yang di ujung sana," Oka menunjuk-nunjuk. "Iya, jadi kalo seperti yang lo baca gitu ya, gue selalu percaya namanya move on itu. Kenapa orang nggak bisa move on? Itu tuh cuma karena dia belum sadar. Dia sedang berada di jalur yang salah, biasanya harus ada yang nabok dulu. Penabok yang paling ampuh adalah kenyataan. Kenapa Ah, nggak ada yang lebih baik dari dia, karena lo nggak nyobain. Karena lo belum cobain, belum membuka hati gitu, yaudah cobain aja dulu

"Bener kata Satria, kali ini gue setuju sama Satria perluas pergaulan. Tapi bukan berarti lo nggak membuka hati, tapi lo kalo misalnya ada yang deketin cobain aja dulu Chatting, ngapain kek,  Jalan, santai aja. Kalo misalnya emang baik orang yang baru, pasti lo bakalan bisa dengan mudah melupakan orang yang lama ini. Karena lo butuh salah dulu untuk mengetahui orang yang tepat, saat-saat lo udah nyoba tapi masih belum juga ketemu ya berarti move on-lah kepada mantan, di bikin simple aja, terimakasih."

Ada namanya Yosua, ia bertanya tentang bagaimana caranya menerima kekurangan pasangan kita?

Dan kali ini Satria menjawab, "Sebernernya kembali ke kita sendiri gitu ya ketika kita putus sebenernya kita mikir dulu masalahnya itu apa sih, kita renungin lagi apa sih hal-hal yang kita nggak bisa terima dari dia. Kita bandingin coba sama yang baru plus-minusnya yang mana. Kalo misalnya hal yang minusnya masih bisa kita tangguhin..."

"Udah nggak bisa." sahut Yosua

"Ya, itu kalo udah nggak bisa, yaudah... Kalo nggak bisa yaudah. Tapi kalo misalnya kasusnya..."

Asli lo harus liat ekspresi Satria ngomong Yaudah, kocak banget sekaligus nyebelin hahaha.

"Nggak bisa semua, di ibaratkan udah cacat dah seperti itu." celetuk Yosua.

"Kalo udah kayak gitu, menurut saya pribadi ya, Saya tinggalin. Karena yang namanya pacaran udah tau kasusnya udah kayak gitu, ujung-ujungnya buang-buang waktu." Satria kembali berujar.

"Tapi orangtua dia udah tau, kelemahan aku. Sampe-sampe orangtuanya sendiri yang minta, solusinya gimana lagi?"

"Tergantung, Mas mau nikah sama anaknya atau sama orangtuanya?"

Hahaha kata-katanya ngena banget.

"Karena emang banyak yang kasusnya kayak gitu ya, jadi risikonya kita kenal sama orangtua pacar, kalo misalnya ada apa-apa pasti kita yang ditanyain. Apalagi kalo kita udah akrab tapi balik lagi, kita mau nikah sama siapa sih? Kalo orangtuanya seneng sama kita yaudah, berarti orangtuanya punya kesan yang baik terhadap kita. Alhamdulillah. Daripada kesannya buruk, ya kita balik lagi kalo misalnya kita, kita jelas-jelas mau pacaran sama anaknya, emaknya suka? Emang kita mau pacaran sama emaknya? Enggak kan, apalagi kasusnya kayak si mas, dia yang ini kata si masnya nggak bisa di terima lagi udah jelek banget. Mungkin dia laki-laki ya mas ya?"

Yekali anak orang suka sesama jenis hahaha.

"Oh, nggak. Maaf ya, Oh Cewek ya cewek, oke. Kalo ada yang baru lagi, ya yang baru sih menurut saya. Udah jelas-jelas dia lecet gitu, udah jelas-jelas dia rusak. Kenapa kita make yang rusak,  mending kita nyoba yang baru. Eh, bukan make yang aneh-aneh gitu ya...."

"Buat yang baru dateng dan bingung ini ada acara apa, ini adalah acara istigosah dalam menyambut isra miraj dan pengumuman SBMPTN tentang kelulusan UN. Di sini kita bersyukur bahwa di berikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan." canda Oka

Ada perempuan yang gue lupa namanya siapa, dia menanyakan tentang temennya yang mempunyai gebetan, namun lagi deket-deketnya sama sang gebetan, mantannya datang dan mohon-mohon sama doi dan akhirnya doi nerima si mantan, padahal menurut teman-temannya doi lebih cocom sama si gebetan.

"Kadang keputusan terbaik yang pernah kita buat adalah keputusan yang paling sakit. Karena keputusan yang baik tidak mengajarkan kita apa-apa, keputusan yang salah mengajarkan banyak hal. Dan sering kali, gitu, banyak orang ya...  mungkin salah satunya kalian dan salah satunya gue gitu, yang baru akan percaya kalo udah ngerasain. Itu kenapa, kalian omongin temen yang curhat lo mau nimpalin kasih saran sampe berbusa, dia tetap pada pendiriannya. Pasti ada kan? Karena dia adalah tipe orang dan kebanyakan orang begitu, baru percaya kalo udah ngerasain. Contohnya temen gue yang di belakang ini..." Oka menunjuk Satria yang sedang duduk di belakangnya.

"Dia suka sama cewek, dia cerita sama gue. Gue ceritain, gue kasih saran nggak pernah diambil. Akhirnya ditikung lagi-ditikung lagi. Nah, keputusan temen lo itu udah benar, kenapa? Karna dia jadi tau, keputusan dia benar atau nggak. Karena kalo misalnya dia masih ngejar-ngejar gebetannya cuma karena dia lebih baik nggak pake hati. Itu tetap akan kepikiran ke sana. Misalnya nih, gue temen lo, gue udah jadian nih sama gebetan gue yang baru, Wah.... Ngeliat dia, ngeliat si mantan ditempelin namanya doang, galau langsung. Daripada kayak gitu, mendingan kejar dulu sampe gila gitu, sampe lo pengin. Kadang kita itu kayak anak kecil, Anak kecil dilarang gitu 'kamu jangan naik-naik pohon. Kamu jangan main lari-larian.' terus aja. Ketika udah lari, jatoh, ke siapa? Ke emaknya, 'Mama peyuk'."

Oka merubah suaranya menjadi anak kecil dan memperagakan, membuat kami semua tertawa.

"Jadi kita harus berbuat salah dulu untuk tau yang benar. Intinya adalah lo harus yakin, lo harus tanggung jawab udah gitu aja, kalo lo nggak mau dua itu ya mending lo nggak usah hidup man. Karna hidup akan menuntut itu." jawab Oka.

Vidella bertanya tentang cowoknya yang menurut dia (Vidella) si cowok berubah, nggak seperti saat masa-masa pdkt.

"Bantennya, banten mana?" tanya Oka

"Serang." jawab Vidella

"Oh, Serang. Serangnya serang banget?"
"Ha? Sebenernya sih dari Anyer cuma kita berdua kuliah di Serang." Vidella menunjuk Yulia.

"Okey, yak anyway gue punya sodara di Banten. Tapi, dia di kresek. Tau nggak? Ya, jadi dia hidup di bawah kantong kresek. Hahahaha, nggak. Tapi itu emang nama daerahnya begitu." Oka tertawa.

"Oke yang tadi. Kenapa sih cowok kayak gitu, macam-macam ya, itu tergantung cowoknya, sih, sebernya. Cuma kalo misalnya emang kontras banget, kita juga nggak bisa nyalahin kenapa, karena yang namanya pdkt itu adalah waktunya menjual diri. Mungkin kita udah ketakutan duluan untuk diterima apa adanya, takut ceweknya nggak bisa nerima apa adanya akhirnya dia memperbagus kepribadiannya dengan cara yang di buat-buat. Dan terus ketika udah dapet, kadang cowok gitu ketika udah dapet ya... agak menurun gitu, kan, perjuangannya. Cuma kembali lagi itu pada niatnya, niatnya apa dulu. Gue rasa sih ini mah, sotoy gue aja sih ini ya, gitu sih emang belum mikir yang jauh gitu, jadi sekedar jalanin aja.

"Jadi, ketika udah dapet, lo nggak seasik yang dia kira mungkin, kayak gitu jadi dia lost cont—— atau mungkin dia pengin diputusin sebenernya, biasanya kalo mau diputusin ciri-cirinya ngilang. Ngilang bermingggu-minggu, itu tuh pengin diputusin, pengin putus tapi nggak mau mutusin. Terus intinya adalah kembali lagi ke orangnya cuma kalo menurut gue pribadi gitu ya, harusnya kalo emang beneran tulus mah tidak ada perubahan gitu. ya perubahan wajarlah namanya lupa-lupa. Ya, namanya orang pasti lupa, namanya orang pasti punya sifat asli yang jelek, itu cuma masalah kalian berdua bisa terima atau nggak. Kalo kalian serius dan memang diciptakan untuk bersama kalian pasti bisa menerima kekurangan satu sama lain.

"Kalo masalah kelebihan mah nggak usahlah dibahas, itu mah bonus. Karena untuk bersama modalnya hanya menerima kekurangan, karena semua orang punya kekurangan. Pasti kita juga penginlah ya kekurangan kita diterima. Mungkin kekurangan dia yang asli adalah itu; ngilang atau males kasih kabar atau males ninggalin itu. Nah! Lo bisa nggak menerima itu? Seandainya ternyata dia macem-macem percaya sama gue, pada waktunya lo akan tau sendiri nggak usah khawatir lo dibohongin atau gimana. Seandainya dia bohong nanti juga ketahuan, tenang aja."

"Ka, tapi kalo misalkan dia cuek dan gue tipe orang yang nggak mau ribet dan kalau misalkan dia cuek yaudah gue juga cuek. Cuma gue pengin mempertahankan itu, tapi kita berdua sama-sama cuek kalo cuma gue aja yang mempertahankan kayaknya masa sih gue doang yang mempertahanin lo nggak? Itu gimana tuh?"

"It's all about communication, lo udah pernah ngomongin itu belum? Secara baik-baik." tanya Oka

Kriiikk

Kriiikk

Vidella pun terdiam tidak menjawab pertanyaan Oka.

"Diem, kan, berarti belum. Terimakasih." tandas Oka. 

Yulia menanyakan tentang cewek yang penasaran sama seseorang dan ujung-ujungnya dia suka, tapi dia lostcontact gitu.

"Tadi curhatan lo atau curhatan orang lain?" tanya Satria

"Sebenernya curhatan gue, sih."

"Ciyeeee.... Ciyee dulu ciyee dulu." Satria mengajak yang lain bersorak Ciyeeeeee.

"Nggak, Gue sama banget pernah kayak gitu. Makanya tadi pas denger kok sama banget ya, atau jangan-jangan kita..."

Kita apa hayoooooo??

"Pertama ya, perasaan itu kadang bisa timbul dari rasa penasaran. Jadi, lo kasus sama kan, ketika lo punya gebetan lain pas dia timbul deg-degan ya,kan? Kalo misalnya lo terus-terusan kayak gitu sama aja lo menyakiti diri sendiri. Gue waktu punya kasus kayak gini, jadi tuh 3 tahun sebelumnya ya, gue akhirnya mengikuti rasa penasaran gue. Yang cewek-cewek harus tau nih ya, ketika lo mau mendapatkan orang lo jangan cuma ngarep dikejar, nggak ada salahnya lo ngejar. Jadi, ketika lo merasa kayak gitu nggak ada salahnya lo menunjukan. Lo kenalkan sama dia?"

"Kenal."

"Coba lo hubungin."

"Tapi, kan, gengsi gitu ka."

"Yah, itu tu cewek. Duh, gengsi. Kalo misalnya lo lagi laper, lo manggil tukang ayam pasti lo diem. Biarin aja, biarin dia yang manggil gue, pasti kayak gitu. Nih ya sesuai banget dengan apa di buku gue, jadi di bab terakhir itu gue bilang kalau bola basket itu sama dengan kayak cewek. Yang mana kalau kita diemin diambil orang lain. Jadi, kita sebagai orang, kita buat menjemput. Karena gue di situ sebagai Rebounder kan jadi tugas gue adalah menjemput."

Untung aja lo nggak disamain sama ojek pribadi bang, tugasnya menjemput orang._.v

"Jadi, lo jangan mikirin kalo misalnya gue cewek buat apa sih ngejar ujungnya ngapain, lo mikir kayak gitu tapi giliran dia sama orang lain, lo sakit. Jadi, kalo gue jadi lo, gue usaha dulu deket sama dia seenggaknya lo jangan yang lenje-lenje banget deh, lo nge-line dia, lo nge-bbm dia, Lagi ngapain, udah makan belum, nasinya berapa butir. Nggak kayak gitu. Isitilahnya lo ada dipandangan dia, lo tunjukin lo suka sama dia. Kalau emang dia nggak suka, Yaudah. Berarti dia nggak mau sama lo, balik lagi ke sadar diri kadang kita lupa buat sadar diri

"Kita suka sama dia, kita pengin sama dia, tapi kita nggak sadar diri. Kalau lo masih terus-terusan ikut ego lo, biarin aja ah pokoknya dia harus ngejar gue, ya lo sampe kapanpun nggak akan pernah bisa dapetin dia. Jadi, satu-satunya cara lo harus tunjukin ke dia, ketika dia udah nunjukin kalo dia nggak suka sama lo otomatis lo puas walaupun sakit, baru lo bisa melanjutkan kehidupan seterusnya, itu salah satu cara biar lo tenang. Gue tau pasti lo pengin banget nge-chatt dia duluan, tapi itu lagi gengsi. Semua penyakit cewe, kan, sama gengsi. Nanti kalo diambil orang ih tega ya dia sama dia padahal lo ngapain?"

"Tapi kalo misalnya si ceweknya sekarang udah punya pacar, gimana nih? Tapi sampe sekarang dia juga masih suka sama cowok itu."

"Jadi, gue sebagai cowoknya dan yang si cewek bikin gue penasaran ini udah punya pacar?"

"Nggak, maksudnya tuh lo nya, Kak."

Satria menunjuk-nunjuk dirinya sendiri. "Kenapa? Gue?"

"Ya, lo nya udah punya pacar tapi lo masih suka sama cinta pertama lo."

"Wow! Sulit banget ya, jadi ketika gue udah punya pacar gue suka sama dia. Lo harus sadar diri. Ketika lo ngejar orang, lo jangan nyakitin orang lain lagi, itu namanya lo menutup luka lama membuka luka baru. Jadi lo harus mikirin perasaanya juga, memang kadang kita—— gue pernah ngerasain gitu juga, kadang yaampun sayang banget kayaknya kalo gue kejar kayaknya dapet nih. Kayak masih ada rasa penasaran gitu ya. Tapi kalo kasusnya udah punya cewek ya... Lo harus menghormati cewek lo. Lo bayangin kalo lo ada di posisi cewek lo, pasti lo nggak mau."




Mungkin itu doang yang bisa gue share ke kalian.
Buat yang nggak bisa move on, mungkin bisa menerapkan saran-saran dari Oka & Satria, siapa tau aja berhasil dan bisa move on dari doi. Bhak.
Okey, Maaf kalau ada kata-kata yang salah, maklum saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah. Cielah;3 babay~~~

Move on menurut gue pribadi sih, ya... Dimana kita harus melupakan sesuatu yang menyakitkan, sesuatu yang memberi kita pelajaran walaupun sakit, sesuatu yang mengajarkan kita untuk melanjutkan hidup dan bangkit dari keterpurukan atau bangkit dari bayang-bayangan masa lalu.

"Manusia menghilang ketika mereka mati. Suara, tawa, kehangatan napas mereka. Akhirnya juga tulang-tulangnya. Semua kenangan hidup mereka terhapus. Hal ini tidak menyenangkan tapi juga alami. Namun, ada pengecualian pada beberapa orang tentang hal ini. Karena dalam buku-buku yang mereka tulis, mereka tetap hidup... Seperti lalat-lalat di batu ambar, seperti mayat yang beku di dalam es, yang menurut hukum alam seharusnya sudah hilang. Namun, dengan mukjizat tinta di atas kertas, mereka tetap terjaga. Ini semacam keajaiban." Lea— The Thirteenth Tale

Senin, 25 Mei 2015

Move On (I)




Hi! Gue mau sharing nih ke kalian, buat kalian yang waktu Roadshow Double Player di Jakarta nggak sempat datang, gue mau berbagi info di sana membahas apa aja, nih, dan bahasan Oka & Satria mengenai Move On.

Tapi, saat sesi tanya-jawab gue hanya kasih tau kalian jawaban dari Oka & Satria aja, ya, pertanyaannya nggak gue sebutin. Masalahnya waktu sesi tanya-jawab temen gue cuma nge-videoin pas Oka & Satria jawab doang dan sepertinya... Itu cuma setengah. Dan yang juga jadi permasalahannya Pertanyaannya panjang-panjang.

Jadi, waktu itu gue sampe di Kalibata City jam 2 pas! Gue sama temen gue: Riri. tadinya sempet bingung pas tau Roadshownya itu bukan di toko bukunya. Hahaha tapi yaudahlah. Gue sama 2 temen gue duduk di bangku yang sudah tersedia. Gue sama Riri duduk paling depan, sedangkan temen gue (cowok) duduk di belakang kita. Lo tau? Di sebelah gue ada 2 orang cewek yang ternyata mereka datang jauh-jauh dari Banten buat ketemu Oka & Satria. Camkan Banten coy!

"Kak, ke sini naik apa tadi?" Gue yang keponya kumat bertanya ke-dua orang yang dari Banten itu, mereka lebih tua dari gue. Gue sama temen-temen gue sebelumnya udah kenalan gitu pas baru dateng. Namanya Vidella & Yuli.

"Naik Bus tadi, dek."

Gue sama temen-temen gue langsung takjub sama kedua cewek yang nekad itu.

"O,ya, Satria udah dateng, lho. Tadi kita lihat dia lagi makan di JCO, terus nggak lama dateng cewek, gitu." Kita yang tadi nya udah nggak berbeo dan lagi sibuk sama hp masing-masing langsung nengok ke kaka itu.

Satria sama cewek guys! Hahaha. Hayolo siapa itu cewek? Hahaha *kompormeledug*

"Serius? Satria udah dateng? Kok, cepet banget, kan, acaranya mulai jam 4 sekarang baru jam 2an." gue shock nggak jelas dan sekilas melirik jam tangan yang melingkar di tangan kiri.

"Oka udah dateng belum?" Riri langsung nimpalin padahal pertanyaan gue belum di jawab sama kaka tadi. Temen gue yang cowok mah diem aja.

"Serius, tadi kita samperin dia terus beli minum gitu padahal lagi nggak haus. Katanya Bang Satria, dia tadi lagi ada acara jadi langsung. Oka belum dateng, kok, tungguin aja di sini kita liat pintu masuk pasti nanti Oka lewat situ kok"

O, ya tadinya gue sama Riri sempat pura-pura lewat Jco, siapa tau aja gitu kan ada Satria yang masih di sana, ternyata harapan ya tinggal harapan. Satrianya udah menghilang. Hahaha.

Kita lagi ngobrol-ngobrol gitu ngebahas tentang Oka & Satria, karna posisi tempat duduk tamu yang langsung berhadapan dengan Pintu Masuk, jadi mata gue selalu terarah kesana.

Mata gue menangkap sosok lelaki berbaju kotak-kotak berwarna coklat, berlengan panjang, bawa tas, rambutnya pun selalu berdiri, dia lagi di escalator. Oka.

"Eh, itu Oka bukan sih?" ternyata Yuli juga melihat ke arah Oka.

Gue berempat langsung salah tingkah, ragu mau nyamperin atau nggak, Riri udah heboh nggak jelas. Hahaha. Gue dengan sok-nya berdiri dan langsung menghampiri Oka yang lagi mau menuju ke arah Stage, mereka bertiga akhirnya ngikutin gue.

Tau nggak? Gue berempat berderet kayak orang lagi menyambut pejabat. Begitu, Oka lewat depan kita, sama sekali nggak ada yang manggil Oka, cuma ngeliatin kayak orang bego.

"Okaaa...." Riri dengan suaranya yang sok imut manggil Oka.

"Eh?Hai...." Oka melambaikan tangan ke arah kita.

Awkward banget, gue pun baru kali ini nggak berani manggil, biasanya kalau gue ketemu idola sendiri langsung manggil, tapi pas Oka malah sibuk ngeliatin sampe nggak berani buat manggil. Bahahaha.

"Bang, boleh minta foto?" Akhirnya gue memberanikan diri, setelah tadi nggak berani panggil dia.

"Tapi, nanti ya, mau makan dulu." Setelah itu Oka langsung pergi dan dia terburu-buru, guys!

"Oka cakepan aslinya, padahal di foto mah biasa aja."

"Iya, Oka cakepan aslinya."

"Yaallah, Oka ganteng banget. Subhanallah."

Wahahaha sorry bang, tapi asli mereka emang ngomong gitu, kok._.v

Lagi nunggu acaranya yang belum juga mulai, pandangan gue ke mana-mana mencari Satria karna emang gue belum ketemu dia. Pas temen-temen gue lagi pada asik ngerumpi, gue nggak sengaja ngelihat ke salah satu toko yang dekat dengan tempat gue lagi duduk.

Sekilas orang yang baru masuk toko tersebut kayak gue kenal, mulai dari postur tubuhnya, kacamatanya, model rambutnya.

"Eh, tar dulu deh, gue mau nanya tadi Satria pake baju warna apa deh, ka?" Mata gue terus menuju ke arah toko tersebut.

"Merah, gitu."

"Ri, lihat deh ke toko itu. Satria bukan sih?" walaupun mulut gue bercuap tapi mata gue tetap terfokus ke sana.

"Mana Sas?"

Gue berempat menengok ke arah toko itu dan gue kenal dua orang yang keluar dari toko itu.

"Itu Satria...." Refleks gue teriak beberapa orang yang sudah datang langsung ikut melihat arah pandangan gue dan di belakang Satria ada orang yang tadi gue lihat. "Iya, itu Satria. Belakangnya aja ada Oka."

Oka & Satria tidak hanya berdua saja, ada beberapa orang juga yang sepertinya itu teamnya.

Tepat pukul 16:00 Acara dimulai, MC membagikan hadiah untuk orang yang membawa novel terbanyak (Novel Oka & Satria)

Selesai membagikan hadiah, MC memanggil Oka & Satria untuk naik ke Stage. Dan Satria memperkenalkan dirinya sebagai Zayn Malik. Gile nggak tuh? Hahaha.

"Oka, kalau menurut lo, Move on itu apa, sih?" MC memulai bahasan.

"...Nah! pada akhirnya gara-gara gue merasa move on seperti air, sepele, tapi selalu ada di kehidupan kita. Jadi, gue memiliki filosofi bahwa move on itu seperti air, yaitu gimana caranya itu tuh cuma soal kita membiarkan itu mengalir atau tidak, itu aja." Oka mengungkapkan tentang Move on.

"Oke, kalau menurut Satria, move on itu apa, sih?" Sang MC menanyakan kepada Satria yang duduk bersebelahan dengan Oka.

"Kalau Oka penjelasan tentang Move on nya panjang banget, ya, Kalau gue sih move on, habis putus punya pacar lagi. Udah gitu, lho, gue nggak usah terlalu penting move on bla-bla-bla, mengalir-mengalir nggak usah. Punya pacar lagi, itu move on bagi gue." Satria mengungkapkan tentang Move on.

"Lo udah move on, belum?" MC menanyakan kepada Satria.

"Setengah, mungkin. hampir."

"Lo beloman jadinya?" tanya sang MC lagi

"Ha?"

"Belom move on?" Ulang sang MC

"Gue udah, tapi tempat move on-nya belom ketemu." jawab Satria

Gue bersedia bang jadi tempat move on lo hahahaha.

"Kalau menurut Oka, balik ke Oka lagi, menurut lo lebih penting mana, Move on lama atau bentar-bentar Move on?"

"Ngomongin move on itu punya pacar  lagi, Gue cerita sama lo, Sat," Oka menepuk pundak Satria

"Okey," sahut Satria

"Yang punya pacar aja ada, lho, yang belum move on." Lanjut Oka

"Eh, tar dulu deh, gue kalau dari samping yang megang kamera, gue keren nggak? " Satria menunjuk temen gue yang megang kamera sambil bergaya-gaya. Kocak asli.

"Nggak, gue nggak enak gitu masa gue miring-miring begini kayak di angkot. Gue enakan di sini." Satria pindah tempat duduk menjadi berhadapan dengan Oka. "Nggak, gue nggak mau sebelahan sama dia, gue benci sama dia." Satria menunjuk-nunjuk Oka. Hahaha.

"Ehm, pertanyaan dari Galih tadi, menurut lo, gue bagusan move on cepat atau lama gitu, ya?" Oka bertanya kepada Galih yang notabene-nya MC.

"Menurut gue, ya... Kenapa harus ditunda-tunda, gitu, gue orangnya realistis, kalau udah tidak bisa bersama yaudah, gitu," Lanjut Oka

Galih beranjak dari tempat duduknya. "Tapi nih, tapi, nih, ya, gue nggak enak banget di apit sama dua orang, hahaha."

"Ini ada bantal nggak ada selimutnya." canda Satria sambil membenarkan letak bantal sofa.

"Ya, tapi nih Oka, kalau menurut lo move on itu nggak usah ditunda-tunda. Tapi lain lagi, nih, sama temen kita yang satu ini, nih. Dia sebenernya udah putus, udah bisa buat cari pacar lagi, tapi dia nggak move on-move on, nih, kenapa nih, kenapa coba, coba sat lo kasih alasan kenapa lo masih jomblo?"

"Nggak, kadang kalau kita putus itu, harus pelan-pelan membersihkan luka lama, ya, kadang tuh kita terlalu egois, kita tuh kalau abis putus mau cepet-cepet move on. Harusnya lama aja, gapapa, itu apa itung-itung evaluasi karena nggak semuanya putus gara-gara pacar kita..."

"Gara-gara diselingkuhin." celetuk Oka yang membuat penonton heboh dan Satria senyum-senyum. Hahaha.

"Kadang kita nggak pernah mau mengakui ada bagian kesalahan dari kita. Itu yang menjadi penyebab dari  putus, gitu, ya, bagi gue pelan-pelan aja, sih, gapapa ya..."

Oka berdiri dari tempat duduknya,  "Tunggu, tunggu dulu." Oka berjalan maju dan menunjuk salah satu ibu-ibu yang duduk di tengah-tengah. "Ini ada ibu-ibu di tengah-tengah kita, saya mau nanya, nih, bu. Ibu udah move on?" 

"Ntar ibunya nanya, Dek move on apa ya dek?" Lanjut Oka membuat semua orang  tertawa. "Bu, terimakasih bu udah lihatin kita." Oka kembali duduk di tempatnya.

Satria beranjak dari tempat duduknya. "Hm, lo pasti pernah denger kan, yang namanya Masa Idah. Kalau orang habis cerai pasti masih ada masa idah 3 bulan. Lo bayangin, agama aja menganjurkan kita buat move on pelan-pelan. Masa idah itu, masa-masa buat menghilangkan perasaan sakit atas suami dan itu udah diatur dalam agama, gitu, ya. Kenapa kita sebagai rakyat biasa, aaasik.... Cuma mempercayai agama, kita mendahului agama, iya nggak sih? Iya kan, masa idah."

Dan sepertinya Oka mulai gereget dengan Satria, ia beranjak dari tempat duduknya, "Lo bilang tentang Agama. Tapi ketika lo pdkt sama cewek, lo nggak berani minta izin sama bokapnya buat ajak jalan." Oka sampai turun dari stage guys! Hahahaha.

Semua tertawa dan sepertinya Satria kehabisan kata-kata untuk melawan Oka, dia hanya senyum-senyum.

"Gimana menurut lo, Sat? Lo tadi udah bawa-bawa agama dengan soal move on harus lama-lama sesuai dengan masa ida, tapi menurut Oka nggak kayak gitu," Galih kembali bertanya.

"Nggak, gini, bagi gue tuh perkara move on itu juga gue nggak mau menyakiti mantan. Kalau, kita move on cepet pasti mereka mikir yang aneh-aneh 'Jadi, lo selama ini sama gue nggak punya perasaan apa-apa?' gue nggak enak gitu ya, masa gini kalo misalnya mantan lo lagi kesel gitu ya, itu bakal bahaya buat kita sendiri. Misal kalo mantan lo Hacker , kalo dia kesel lo di hack ya, kan? Kalo mantan lo mba-mba yang tukang  ngomong di stasiun, lo pernah denger nggak?"

Hahaha gue setuju banget sama lo bang Satria karna gue pun juga gitu kalo liat mantan yang gampang move on bhaaak.

"Eh, siapa yang di sini naik kereta? Biasanya kalo di setiap stasiun ya, biasanya gini, disebutin namanya, Stasiun pasar minggu ya, kan? Stasiun kalibata, lo bayangin kalo dia kesel sama mantannya. Stasiun Pasar Minggu Baru, mba-mbanya bilang Stasiun Pasar Minggu Baru itu mba-mbanya santai aja, ya, kan. Coba kalo dia sinis, Stasiun Pasar Minggu Baru, Ciyeee baru yang lama di ke manain? Kan nggak enak." Lanjutnya.

Galih melihat ke arah Oka. "Gimana, ka?" 
"Iya, lo bilang kalo move on harus lama karna lo menghargai mantan lo, iya, nggak?" Oka bertanya kepada Satria.

"Dia laganya tua banget, lho." Satria menunjuk-nunjuk Oka.

"Pantesan gua, gua tau ya beberapa mantan dia, gue coba check. Pantesan  isinya ngehina-hina dia semua 'Kasian deh, nggak bisa move on dari gue, jomblo nggak laku,ya?' itulah akibatnya kalo move on lama-lama. Susah." Kata Oka.

"Move on itu, ngapain sih lama-lama move on. Move on ini enakan juga abis putus, luka itu bukan buat di nikmati gitu ya, biarin aja luka berjalan kemudian udah langsung bangkit lagi, cari pacar lagi, ya nggak sih?" Galih pun menimpali.

"Gini kalo yang namanya abis putus ya, itu semuanya yang kendaliin emosi ya, lo pasti pernah dengar ya dari ibu-ibu atau dari ibu sendiri," Satria menunjuk ibu-ibu yang ditunjuk Oka tadi. "Pernah bilang, Dek kalo milih barang itu dari hati ya nggak sih? Nggak mungkin pilih barang pake emosi..."

Oka langsung beranjak menghampiri Satria dan menepuk pundaknya. "Masa pake hati, kalo gue pilih-pilih buku." Oka memperagakannya dengan lutut yang ditekuk, dada yang di busungkan ke depan. 

Semua mata tertuju pada Oka dan pada tertawa melihat tingkah Oka.

"Pilih barang pake hati, kalo pake emosi ujung-ujungnya kepikiran dengan kita lama, kita pake hati. O, yang ini kayaknya yang cocok, jadi kita dengan pake hati, kita mikir. Kita nggak akan lagi kejadian-kejadian yang sebelumnya bakalan terulang kalo pake hati. Makanya move on itu jangan lama-lama...."

Kriiiik

Kriiikk

Semua terdiam karna merasakan ada yang mengganjal dengan kata-kata Satria. Hingga Satria menyadarinya. "Eh, jangan lama-lama. Jangan cepet-cepet. Hahaha."

Sontak semua meneriaki Satria dan Oka langsung menyerang Satria, "Soal hati keluar begitu saja tanpa di sadari." kata Oka.

"Siapa yang di sini team move on cepet, siapa? Coba angkat tangannya, dong, team move on cepet." Galih melihat ke arah penonton. "Team move on lama, mana team move on lama?"

"Di sini yang cepet atau yang lama nggak ada, karena mereka semua menolak move on." sahut Oka

Yang selanjutnya gue akan bahas masalah sesi tanya-jawab.
Maaf kalau ada kata-kata yang salah, maklum saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah. Cielah;3

Mau jadi pengarang? Tak ada jalan lain kecuali membaca, membaca, membaca terutama karya para sastrawan terkemuka dan menulis, menulis, menulis. Ikut workshop hanya penunjang, begitu pula teori-teori itu, komunitas untuk mengingatkan tekad, saling menyemangati, berbagi pengalaman. Tak seorangpun bisa menjadikan dirimu sebagai penulis/pengarang kecuali dirimu sendiri. — Helvy tiana rosa.

Sabtu, 20 September 2014

Penyesalan

Banyak yang bilang
Benci bisa menjadi cinta.
Banyak yang bilang
Cinta itu datangnya terlambat.
Di dekatnya kita selalu bertengkar dan  menatapnya dengan penuh kebencian.

Namun, di saat dia menghilang dari kehidupan kita... itu semua berubah drastis.

Kita merasakan kesepian, tak ada lagi tatapan kebencian yang ia berikan.

Apa itu bertanda Cinta?

Dan baru merasakannya saat orang itu telah pergi meninggalkan kita?

Haruskah seseorang merasakan benci terlebih dahulu?

Kemudian baru merasakan cinta?

More story?
Follow Wattpad @SasqiaDN  & Read "Love Comes Too Late"

Thanks

Selasa, 22 Juli 2014

Maudy Ayunda - Cinta Datang Terlambat

Takku mengerti mengapa begini
Waktu dulu kutak pernah merindu

Tapi saat semuanya berubah
Kau jauh dariku
Pergi tinggalkanku

Mungkin memang kucinta
Mungkin memang kusesali
Pernah terhiraukan rasamu dulu
Aku hanya ingkari kata hatiku saja
Tapi mengapa cinta datang terlambat

Tapi saat semuanya berubah
kau jauh dariku
Pergi tinggalkanku

Mungkin memang kucinta
Mungkin memang kusesali
Pernah terhiraukan rasamu dulu
Aku hanya ingkari kata hatiku saja
Tapi mengapa kini Cinta Datang Terlambat

Mungkin memangku cinta
Mungkin kusesali
Pernah terhiraukan rasamu dulu
Aku hanya ingkari kata hatiku saja
Tapi mengapa kini Cinta Datang Terlambat

Kamis, 22 Mei 2014

Sirna Sudah Keinginanku

Inginku berada di sampingmu
Menghapus air matamu
Mendapatkanmu seutuhnya

Kini kau telah menjauh dariku
Sirna sudah keinginanku
Kau telah bersamanya
Pupus sudah harapanku

Aku terdiam
Aku tersenyum
Walaupun hati ini luka
Saat teringat kembali
Kebersamaan kita

Duka ini kualami sendiri
Tanpa kamu lagi

Aku ingin kita seperti dulu
Yang saling menyapa
Saling melemparkan senyum
Saling tertawa
Akan tetapi tak mungkin terjadi kembali

Semua yang kita lewati bersama
Hanyalah tinggal kenangan

Inilah Aku

Tersenyum
Tertawa bahagia
Itu yang kulakukan
Saatku sedang bersedih

Tersenyum palsu di depan mereka
Tersenyum walau hati menangis
Tersenyum menutupi kesedihan
Tersenyum agar kuterlihat tegar
Menghadapi ini semua

Aku tak ingin
Meteka tahu kesedihanku
Mereka tahu kelemahanku

Aku hanya ingin
Mereka tahu kuselalu bahagia
Aku selalu tegar dan aku bisa
Melewati ini semua sendiri
Aku bisa hidup tanpa dirimu lagi